Sabtu, 15 Agustus 2020

Perokok Pasif Bisa Terkena Kanker Paru, Kok Bisa?

Perokok Pasif Bisa Terkena Kanker Paru, Kok Bisa?

Menjalani gaya hidup sehat merupakan kunci supaya tidak terserang berbagai penyakit, salah satunya kanker paru. Asal tahu saja, kanker paru merupakan jenis kanker yang paling mematikan di dunia. 

Data terbaru dari International Agency for Research on Cancer (IARC), Global Cancer Observatory 2018 menyatakan Indonesia menjadi negara dengan penderita kanker paru terbanyak di kawasan Asia Tenggara dimana sebanyak 30.023 jiwa dengan angka kematian mencapai 26.095 jiwa. 

Melansir The Asean Post, Jumat (5/7/2019), sedikitnya 80 persen dari semua kanker paru di dunia disebabkan oleh asap rokok. Namun, selain berbahaya bagi perokok aktif, asap rokok juga merugikan perokok pasif atau secondhand smoker. sbobet

Lalu, mengapa perokok memiliki kemungkinan terpapar penyakit kanker paru? Menurut Mayo Clinic: Family Health Book terbitan Intisari (2007), terdapat kandungan asbes dan karsinogen pada rokok yang bisa tersebar di lingkungan. 

Nah, akibat tersebar dengan bebas di udara, orang yang tidak merokok berpotensi menghirup kedua zat tersebut. Dalam buku itu disebutkan, zat asbes dan karsinogen ini dapat menimbulkan batuk berdarah, sesak napas, menurunnya berat badan, demam, hingga kanker. 

Tak hanya itu, perokok pasif juga bisa terkena kanker paru sekunder atau kanker yang menyebar ke paru-paru. Biasanya, kanker ini tersebar dari organ-organ tertentu seperti payudara, tulang, usus besar, prostat, dan testis.

Kanker paru bukan sel kecil

Pada dasarnya ada dua jenis kanker paru, yaitu kanker paru-paru sel kecil (SCLC) dan kanker paru-paru bukan sel kecil (NSCLC). Kemudian jenis kanker terakhir yang disebutkan, NSCLC, dibagi menjadi tiga kategori, yaitu adenokarsinoma, kanker sel skuamosa, dan karsinoma sel besar.

Kategori kanker paru yang sering diderita oleh perokok pasif adalah kanker paru bukan sel kecil (KPBSK) adenokarsinoma. Jenis kanker ini berkembang di sel paru-paru yang menghasilkan cairan lendir dan dapat menyebar ke kelenjar getah bening di daerah paru-paru atau melalui aliran darah ke organ tubuh lainnya.

Jika seseorang mengidap kanker paru-paru jenis ini, ia harus menjalani berbagai perawatan untuk mengalahkan sel kanker yang ada di tubuhnya. Kepala Bagian Hematologi-Onkologi Medik, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Gadjah Mada (UGM), dr. Johan Kurnianda, SpPD, KHOM, FINASIM menjelaskan salah satu pengobatan kanker yang dapat dijalani pasien adalah onkologi imun.

Asal tahu saja, immuno onkologi merupakan metode pengobatan kanker yang mengoptimalkan kemampuan kekebalan tubuh untuk dijadikan senjata melawan sel kanker. “Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh ahli onkologi, angka kematian penderita kanker paru-paru cukup besar, mencapai 90 persen sebelum adanya imuno onkologi. Artinya, 9 dari 10 penderita kanker paru akan meninggal akibat penyakit ini,” terangnya. sbobet indonesia

Yang perlu diperhatikan, lanjutnya, pasien akan melakukan terapi onkologi imun ini sampai ada kemajuan atau kemajuan dalam penyembuhan. Selain itu akan dilihat apakah ada efek samping yang dapat ditolerir atau tidak. Berdasarkan penelitian yang diterbitkan oleh University of Wollongong, Australia pada tahun 2019, disebutkan pula bahwa rata-rata rata-rata angka kelangsungan hidup keseluruhan terapi onkologi imun adalah 30 bulan. Untuk mengidentifikasi gejala kanker paru-paru dan penyebabnya lebih dalam.

0 komentar:

Posting Komentar