Sabtu, 15 Agustus 2020

Ketidaksetaraan, Satu Penyebab Perempuan Sulit Orgasme

Ketidaksetaraan, Satu Penyebab Perempuan Sulit Orgasme

Pengamat pemberdayaan perempuan, Firliana Purwanti, mengungkapkan sejumlah alasan perempuan sulit orgasme saat berhubungan seks dengan pasangannya di ranjang. sbobet

Menurut Firliana, salah satu penyebab wanita sulit orgasme saat berhubungan adalah tidak adanya kesetaraan dengan pasangan. Ketimpangan juga seringkali melahirkan kekerasan dalam hubungan.

“Kemudian perempuan yang saya wawancarai, selain mengalami orgasme yang setara juga harus bebas dari kekerasan. Kalau orang sederajat, mudah sekali terjerumus ke dalam hubungan yang tidak sehat dan beracun,” kata Firliana dalam diskusi online, Sabtu (15/8). ) malam.

Ia menambahkan, kunci agar wanita bisa orgasme juga harus memiliki pengetahuan seks yang lengkap dan kritis. Menurut Firliana, memiliki pengetahuan yang lengkap tentang seks itu penting agar wanita tidak membahayakan dirinya sendiri.

Dia mencontohkan, tidak sedikit wanita karena tidak memiliki pengetahuan tentang seks, alih-alih tidak ingin selaput dara mereka robek, wanita justru menggunakan anusnya saat berhubungan seks dengan pasangan prianya.

“Jadi itulah yang membuat wanita sulit orgasme. Karena mitos bahwa menjadi wanita yang baik dikaitkan dengan keharusan menjadi perawan, dan itu menimbulkan kecemasan, keraguan, yang akhirnya tidak bisa orgasme,” ujarnya.

"Sayang sekali, meski orgasme saya benar-benar bagus," tambahnya.

Sementara itu, mengutip hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017, Firliana menyebutkan 81% perempuan dan 84% laki-laki berpacaran. Dari jumlah tersebut, 45% perempuan dan 44% laki-laki mulai berpacaran sejak usia 15-17 tahun.

Menurutnya, rentang usia ini adalah saat alat reproduksi sudah matang dan alam mulai mengembangkan ketertarikan seksual. link alternatif sbobet

Oleh karena itu, lanjut Firliana, jika tidak memiliki kapasitas terkait kesehatan reproduksi dan hak seksual, mereka sangat rentan terhadap praktik perilaku seksual tidak sehat dan berisiko yang berpotensi menjadi korban kekerasan seksual.

“Pendidikan seks yang komprehensif harus diajarkan sejak usia dini, bahkan di negara maju pendidikan reproduksi sudah diajarkan sejak masa kanak-kanak. Hal ini dimaksudkan agar setiap individu menghormati dan menghargai dirinya dan anggota tubuhnya,” ujar penulis buku The O Project .

0 komentar:

Posting Komentar