Selasa, 15 September 2020

Tidak Bisa Menahan Kencing? Waspadai Kondisi Medis Ini

Tidak Bisa Menahan Kencing? Waspadai Kondisi Medis Ini

Pernahkah Anda merasa sulit menahan kencing atau kencing (BAK)? Jika demikian, salah satu kondisi medis yang dapat menyebabkan kondisi tersebut adalah inkontinensia urin (UI). Inkontinensia urin adalah keluarnya air seni secara tidak sengaja, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan dan sosial.

Meski bukan kondisi yang mengancam jiwa, inkontinensia urin tetap dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang karena dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti hubungan interpersonal, interaksi sosial, kesehatan psikologis, termasuk seksualitas. Prediksi Nomor Jitu

Gejala inkontinensia urin

Gejala inkontinensia urin sebenarnya bermacam-macam atau tidak hanya sulit menahan kencing. Meluncurkan Health Line, berikut beberapa jenis inkontinensia urin beserta gejalanya masing-masing yang bisa dikenali:

1. Inkontinensia stres

Urine keluar ketika ada peningkatan tekanan pada kandung kemih karena batuk, bersin, tertawa, atau saat mengangkat beban berat atau berolahraga.

2. Segera inkontinensia

Dorongan untuk buang air kecil secara tiba-tiba dan mendesak atau mendesak diikuti dengan keluarnya air seni.

Jumlah urine yang dikeluarkan juga meningkat, termasuk pada malam hari. Kondisi ini bisa terjadi karena infeksi atau kondisi yang lebih serius, seperti gangguan saraf pada penderita diabetes.

3. Inkontinensia campuran (inkontinensia campuran)

Keluarnya urin karena kombinasi faktor yang mengganggu, antara tekanan dan inkontinensia tekanan.

4. Inkontinensia overflow

Ditandai dengan ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih, seperti mengejan, keluarnya urine lemah, tidak tuntas, dan kandung kemih terasa penuh.

5. Inkontinensia berkelanjutan

Gejalanya ditandai dengan keluarnya air seni terus menerus. Untuk beberapa kondisi, inkontinensia urin perlu segera ditangani oleh dokter untuk mencegah komplikasi atau kondisi yang semakin parah.

Anda disarankan untuk segera menghubungi dokter jika Anda melihat gejala inkontinensia urin berikut:

- Satu bagian tubuh terasa lemas

- Bagian tubuh kesemutan

- Jalan kaki terganggu

- Gangguan bicara

- Penglihatan kabur

- Tidak bisa menahan buang air besar (BAB) juga

- Hilang kesadaran

Faktor risiko inkontinensia urin

Kelima jenis inkontinensia urin di atas bisa dialami siapa saja, tergantung faktor risiko yang dimiliki masing-masing orang.

Meluncurkan Klinik Cleveland, berikut adalah beberapa faktor risiko inkontinensia urin:

1. Usia tua

Seiring bertambahnya usia seseorang, kekuatan otot-otot di kandung kemih dan uretra menurun sehingga menyebabkan urine tidak dapat menahan secara optimal. Inkontinensia juga sering menjadi bagian dari sindrom geriatri atau sekelompok masalah kesehatan yang terjadi pada lansia.

2. Jenis kelamin perempuan

Inkontinensia urin dilaporkan lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Pada wanita, stress incontinence lebih sering terjadi karena kehamilan, persalinan, menopause, dan anatomi saluran kemih wanita. Sedangkan pada pria, lebih sering urge and overflow incontinence disebabkan oleh masalah prostat.

3. Berat badan berlebih

Kelebihan berat badan dapat meningkatkan tekanan pada kandung kemih dan otot di sekitarnya. Tekanan ini juga bisa membuat otot lemas dan membuat kencing lebih cepat keluar, terutama saat batuk atau bersin.

4. Merokok

Kebiasaan merokok dapat meningkatkan risiko terjadinya inkontinensia urin karena nikotin dapat membuat kandung kemih lebih aktif dari biasanya.

5. Sejarah keluarga

Risiko seseorang mengalami inkontinensia urin akan meningkat jika Anda memiliki anggota keluarga yang pernah mengalami inkontinensia urin terlebih dahulu, terutama urge incontinence.

6. Kondisi medis lainnya

Penyakit seperti gangguan saraf, gangguan kekebalan tubuh, dan diabetes dapat meningkatkan risiko terjadinya inkontinensia urin.

Penyebab inkontinensia urin

Inkontinensia urin bersifat sementara dan persisten. Inkontinensia urin sementara dapat disebabkan oleh pengaruh minuman, makanan, dan obat tertentu yang merangsang kandung kemih dan meningkatkan volume urin.

Beberapa makanan dan minuman yang dapat menyebabkan inkontinensia urin antara lain:

- Alkohol

- Kafein

- Minuman yang mengalami proses karbonasi atau soda

- Pemanis buatan

- Cokelat

- Cabai

- Makanan yang banyak menggunakan rempah-rempah dan banyak gula

- Makanan yang bersifat asam, seperti jeruk

Sedangkan sejumlah obat-obatan yang dapat meningkatkan peluang seseorang mengalami inkontinensia urin yaitu:

- Obat penyakit jantung dan hipertensi

- Obat penenang

- Relaksan otot

- Suplemen vitamin C dosis tinggi

Sedangkan inkontinensia urin yang persisten dapat terjadi karena kondisi fisik seseorang atau perubahan seperti:

- Kehamilan

- Proses pengiriman

- Bertambahnya usia (degeneratif)

- Menopause

- Operasi pengangkatan rahim

- Pembesaran prostat

- Kanker prostat

- Riwayat operasi daerah panggul

- Obstruksi saluran kemih

- Gangguan saraf

Inkontinensia urin yang persisten juga dapat disebabkan oleh kondisi medis lain, seperti infeksi saluran kemih (ISK) dan sembelit.

Cara mengobati inkontinensia urin

Terapi inkontinensia urin dapat dilakukan tergantung pada jenis gangguan yang dialami, derajat, dan penyebab yang mendasarinya. Daftar Bandar Togel Online Terpercaya

Perawatan awal untuk tekanan, tekanan, dan inkontinensia campuran meliputi:

- Saran untuk memperbaiki gaya hidup, seperti menjaga berat badan ideal, mengurangi asupan kafein, dan berhenti merokok

- Melakukan terapi fisik atau fisioterapi, seperti senam otot dasar panggul, penggunaan biofeedback, dan stimulasi listrik

- Jadwalkan buang air kecil

- Terapi perilaku

- Pemberian obat-obatan

Sedangkan penanganan awal kasus urinary overflow dan inkontinensia terus menerus tergantung dari penyebabnya. Misalnya, jika penyebab inkontinensia urin adalah karena pembesaran prostat jinak, pembedahan mungkin diperlukan.

Bagaimana mencegah inkontinensia urin

Inkontinensia urin bisa dicegah sejak usia dini. Melansir Medical News Today, berikut beberapa cara mencegah inkontinensia urin yang bisa dilakukan:

- Menjaga berat badan ideal, agar tidak memicu penyakit lain yang bisa memicu inkontinensia urin

- Secara rutin melatih otot dasar panggul

- Hindari kafein, alkohol, dan makanan asam

- Makan makanan berserat, untuk mencegah sembelit yang bisa memicu inkontinensia urin

- Hindari atau berhenti merokok

Segera temui dokter bedah urologi jika Anda mulai merasakan gejala inkontinensia urin.

0 komentar:

Posting Komentar